Jember, 19 Agustus 2019. Tim gabungan – SPORC Brigade Banteng, Polhut Taman Nasional Meru Betiri, dan Polsek Kalibaru – 17 Agustus 2019, menyergap dan menangkap tangan AS dan AAT sedang mengangkut 11 meter kubik kayu olahan jenis rimba campuran hasil penebangan ilegal dengan truk colt disel, di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.

“Saya mengapresiasi kerja sama yang terbangun dengan baik antara petugas Balai Gakkum Seksi Wilayah II Surabaya, Polhut Meru Betiri, Polsek Kalibaru. Terima kasih juga bantuan masyarakat kepada kami,” kata Muhammad Nuh, Kepala Balai Gakkum Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabalnusra), 19 Agustus 2019.

PPNS Gakkum KLHK Jabalnusra melanjutkan memeriksa AS dan AAT, yang ditahan dan dititipkan di Polsek Kalibaru. Penyidik berupaya mengungkap keterlibatan pihak lain yang merupakan jaringan penebang ilegal di kawasan TN Meru Betiri.

Proses penangkapan ini berawal dari laporan masyarakat tentang adanya penebangan kayu ilegal di TN Meru Betiri. Balai Gakkum Jabalnusra menindaklanjuti laporan masyarakat dengan memantau dan mengintai lokasi sasaran di Desa Andongrejo. Saat truk colt disel bernomor polisi P 8350 UG melintas, Tim membuntuti truk sebelum kemudian menyergapnya sekitar pukul 11.11 WIB di Jalan Jember, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Tim mendapati truk mengangkut 11 meter kubik kayu olahan ilegal.

Penyidik Gakkum akan menjerat AS dan AAT dengan Undang-Undang No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Pasal 12 Huruf d dan/atau Huruf e, Jo. Pasal 83 Ayat 1 Huruf a dan/atau Huruf b yang melarang siapa pun “memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin dan tanpa dilengkapi secara bersama-sama surat keterangan sahnya hasil hutan,” dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun, serta pidana denda paling sedikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 2,5 miliar.